5 Kebudayaan Jawa Dan Sejarahnya

Muzweek.net – Kebudayaan suku Jawa mencakup budaya Jawa Barat.

Budaya Jawa tengah dan budaya Jawa Timur dan kebudayaan wilayah Yogyakarta ialah kekayaan yang dipunyai oleh negara Indonesia sampai sekarang ini. Kehadiran budaya Jawa membuat keunikan tertentu bila dibanding dengan kebudayaan dari wilayah lain, apa itu budaya yang ada pulau Sumatera atau atau budaya Kalimantan.

Selainnya sebagai kekayaan, kebudayaan suku Jawa mempunyai riwayat yang unik untuk didalami. Di mana kebudayaan yang ada saat ini sebagai peninggalan nenek moyang pada jaman dulu. Apa semua budaya Jawa karakternya orisinal? Rupanya tidak. Kedatangan kebudayaan Jawa benar-benar dikuasai dari tuntunan Hindu, Budha dan agama Islam.

Berdasar sejarahnya di jaman dahulu orang Jawa beragama Hindu, Buddha dan Kejawen. Bukan hanya berpedoman, orang Jawa turut menebarkan agama Hindu dan Buddha dengan beberapa kerajaan Hindu-Buddha Jawa yang berperanan. Selainnya tiu, orang Jawa ikut juga menebarkan agama Islam dan Kristen atau Katolik di Indonesia. Berikut yang membuat unik Orang Jawa karena jadi hanya satu suku di Indonesia yang berperanan penting dalam menebarkan 5 agama besar. Seorang periset AS Clifford Geertz bahkan juga pernah mempelajari orang Jawa dan membagikan orang Jawa jadi 3 kelompok besar yakni: Abangan, Priyayi dan Santri.

Ada beberapa contoh budaya Jawa yang dapat kita dapatkan lewat beragam aliran info sekarang ini. Apa kita membaca buku yang ada diperpustakaan atau beli ke toko buku paling dekat. Juga bisa dialog dengan guru yang pahami tenatang budaya Jawa di sekolah. Atau yang lebih ringkas ialah googling saja di internet, karena itu semua info yang berkaitan dengan budaya Jawa secara cepat diketemukan.

Artikel dan makalah kebudayaan suku Jawa yang berada di internet umumnya menerangkan mengenai beberapa macam budaya Jawa yang kompleks. Dimulai dari budaya dalam bicara, bersosial, berumah-tangga, sampai budaya dalam bekerja yang dikenali rajin. Karena rajin dalam bekerja, beberapa orang Jawa yang diperlukan dalam project pembangun yang ada di luar pulau Jawa.

Nach, berbicara mengenai kebudayaan Jawa, karena itu kita tidak dapat terlepas dari kebudayaan wilayah yang lain berada di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Ada pula kebudayaan suku Aceh dan kebudayaan suku Batak dan kebudayaan suku Dayak. Dengan belajar budaya di luar Jawa, kita bisa membandingkan dan menarik sebuah ringkasan. Salah satunya ringkasan yang bisa diambil ialah jika Indonesia itu betul- betul kaya budaya.

Baik, kita langsung akan mebahas mengenai kebudayaan suku Jawa yang sempat ada kami sukses kami mengumpulkan. Apa itu? Baca infromasinya di bawah ini.

Batik Jawa

Batik Jawa

Batik Jawa – Baju tipe Batik datang dari jaman leluhur yang dikenali semenjak era XVII yang dicatat dan digambar pada daun lontar. Waktu itu pola atau skema batik masih dikuasai dengan wujud binatang dan tanaman. Kesenian batik mulai semakin makin tambah meluas dan jadi punya rakyat Indonesia dan terutamanya suku Jawa sesudah akhir era ke-XVIII atau awalnya era ke-XIX.

Penggunaan baju tradisi Jawa yang namanya batik dalam adat Jawa mempunyai dua peranan yakni peranan spiritual dan peranan sosial. Sebagai peranan spiritual Batik sebagai baju sah keagamaan. Upacara keagamaan kesultanan tampilkan beberapa sultan sebagai figur pimpinan agama sekalian tampilkan peranan batik sebagai baju keagamaan, misalkan dalam upacara grebeg.

Selainnya berperan sebagai baju spiritual, batik mempunyai peranan sosial seperti ada pada acara tradisionil. Batik tampilkan nilai penghormatan pada seseorang.

Nilai penghormatan ini diperlihatkan dalam baju keprabon (kraton) yang dikenai sultan saat terima tamu yang posisinya sama atau semakin tinggi. Dalam upacara-upacara cakupan kraton, batik jadi baju yang sah untuk beberapa tamu dan tuan-rumah.

 

Kethoprak

Kethoprak

Ketoprak – sebagai seni pentas yang unik khususnya lewat ceritanya yang memperlihatkan cerita-kisah masyakarat Jawa, baik cerita legenda, kepahlawanan, atau kehidupan setiap hari. Ketoprak (kethoprak) ialah kesenian rakyat Jawa yang dari Jawa tengah, dipercaya tercipta di Surakarta dan berkembang cepat di Yogyakarta. Satu bentuk teater yang memiliki kandungan elemen khusus berbentuk diskusi, tembang dan lelucon dengan disertai oleh Gamelan.

Walau disebutkan datang dari Jawa tengah, pada realitanya kesenian ini berkembang luas dan dicicipi oleh warga di seantero Jawa. Ini karena rutinitas barisan Kethoprak menelusuri semua wilayah di Jawa. Mereka manggung dan membawa beberapa cerita warga ke warga yang lain. Dalam masalah ini, Ketoprak memiliki kandungan elemen pengajaran, komunikasi mengenai desas-desus dalam warga sekalian jadi selingan yang disukai.

 

Wayang Kulit

Wayang Kulit

Wayang Kulit – Budaya Wayang kulit ialah seni tradisionil Indonesia yang khususnya berkembang di Jawa. Wayang datang dari kata ‘Ma Hyang’ yang maknanya ke arah ke arwah religius, dewa, atau Tuhan Yang Maha Esa. Ada pula yang mendefinisikan wayang ialah istilah bahasa Jawa yang memiliki makna ‘bayangan’, ini dikarenakan oleh pemirsa bisa juga melihat wayang dari belakang warna atau cuman bayang-bayangnya saja.

Wayang kulit dimainkan dengan seorang dalang yang jadi narator diskusi beberapa tokoh wayang, dengan disertai oleh musik gamelan dimainkan satu kelompok nayaga dan tembang yang dinyanyikan oleh beberapa pesinden. Dalang mainkan wayang kulit dibalik warna, yakni monitor yang dibuat dari kain putih, sementara ada berada di belakangnya disoroti lampu listrik atau lampu minyak (blencong), hingga beberapa pemirsa yang ada di lain sisi dari monitor bisa menyaksikan bayang-bayang wayang yang jatuh ke warna.

Agar bisa pahami narasi wayang (lakon), pemirsa harus mempunyai pengetahuan akan beberapa tokoh wayang yang bayang-bayangnya tampil di monitor. Pada umumnya wayang ambil narasi dari dokumen Mahabharata dan Ramayana, tapi tidak terbatasi cukup dengan pakem (standar) itu, ki dalang juga bisa mainkan lakon carangan (gubahan). Beberapa narasi diambil dari narasi Panji.

Sinden

Sinden

Sinden – Panggilan Sinden datang dari kata “Pasindhian” yang memiliki arti “kaya lagu” atau “yang melantunkan lagu”. Hingga Pesinden bisa disimpulkan seorang yang melantunkan lagu. Disamping itu, Sinden biasa disebut dengan “Waranggana” yang diambil dari kombinasi kata “wara” dan “anggana”. Kata wara sendiri memiliki arti seorang yang sejenis kelamin wanita dan anggana yang memiliki arti sendiri. Karena pada zaman dulu, waranggana sebagai satu – satunya wanita dalam panggung pagelaran Wayang atau Klenengan.

Sinden ialah panggilan untuk beberapa wanita yang menyanyi untuk ikuti iringan Gendhing Gamelan. Sinden benar-benar sama dengan music Gamelan, karena Sinden umumnya ada selalu pada atraksi Wayang atau tiap atraksi yang memakai iringan music Gamelan. Selainnya mempunyai ketrampilan vokal yang bagus, Sinden harus juga memiliki kekuatan komunikasi yang bagus agar menyemarakkan acara.

Keris

Keris

Keris – Benda Keris sebagai senjata pusaka dalam kebudayaan suku Jawa yang telah dipakai semenjak lebih 600 tahun lalu. Senjata keris ini dipercaya datang dari Pulau Jawa sekitaran era kesembilan yang lalu. Sampai era ke-14, keris masih jadi simbol kebesaran banyak kerajaan di Nusantara, bukan hanya di Pulau Jawa saja. Beberapa raja di Pulau Sumatera, Pulau Kalimantan, sampai Pulau Sulawesi jadikan keris sebagai simbol kedaulatannya.

Selainnya sebagai pertanda kedahsyatan seorang raja, dahulunya keris jadi alat untuk menjaga diri. Bahkan juga, dalam tiap peperangan, seorang raja atau panglima tentu mempunyai keris unggulan untuk dapat menaklukkan lawan, atau dalam mengalahkan kerajaan lain. Banyak yang keris berkekuatan gaib dan kesaktian mandraguna, hingga jadikan sejarahnya benar-benar populer, karena arti keris yang dipunyainya itu.

Jawa memang unik ya. Kebudayaan suku Jawa banyak sekali dan detil karakternya. Kita perlu belajar banyak datang dari keberagaman budaya Jawa. Lebih – lebih kembali, kita harus menjaga dan memperkenalkannya ke dunia internasional.