Tempat Rekreasi Terkenal di Dunia yang Alami Overtourism

muzweek – Istilah overtourism dipakai untuk menerangkan keadaan tempat rekreasi yang didatangi kebanyakan pelancong.

Jumlah wisatawan bisa disebutkan “kebanyakan” jika ada lebih beberapa pengunjung dari yang dapat diakomodasi oleh sarana yang berada di tempat rekreasi itu. Atau dalam kata lain, jumlah wisatawan yang ada melewati kemampuan yang dapat dimuat. Disamping itu, overtourism diikuti karena ada pengurangan kualitas hidup warga yang tinggal di tempat rekreasi itu, dan pengurangan kualitas pengalaman yang didapatkan dari berekreasi pada tempat tersebut. Makin ke sini, istilah overtourism banyak juga dipakai untuk merujuk pada beragam imbas negatif sebagai akibatnya karena kegiatan pariwisata yang terlampau masif dan intens pada sebuah tempat.

Maya Bay, Thailand

Maya Bay yang berada di pulau Phi Phi, Thailand sempat jadi tempat tembakan film Hollywood dengan judul “The Beach” yang diperankan oleh Leonardo DiCaprio pada tahun 2000. Mulai sejak itu, Maya Bay jadi populer dan langsung alami kenaikan jumlah pelancong yang cepat. Jumlah wisatawan yang bertandang ke Maya Bay bahkan juga bisa capai 5,000 orang sehari-harinya. Walau sebenarnya luas Maya Bay sendiri cuma selebar 3,750 mtr. persegi. Sebagai perbedaan, jumlah pengunjung Maya Bay pada tahun 2008 sejumlah sekitaran 170 orang setiap hari. Namun pada tahun 2017, jumlah pelancong yang tiba capai 3,500 tiap hari.

Tempat Rekreasi Terkenal di Dunia yang Alami Overtourism

Perbedaan jumlah pelancong di Maya Bay tahun 2008 dan tahun 2017 Jumlah pelancong yang melonjak ini selanjutnya berpengaruh negatif pada lingkungan dan ekosistem di Maya Bay, khususnya terumbu karangnya. Pakar pelestarian memprediksi jika sekitaran 80% terumbu karang di tempat sekitaran Maya Bay hancur karena kegiatan pariwisata, dimulai dari terserang jangkar kapal, dirusak oleh penyelam saat snorkeling, terkontaminasi partikel tirai surya yang tenggelam ke laut, pencemaran dari kapal, dan sampah yang dibuang asal-asalan.

Karena itu pada bulan Juni tahun 2018, pemerintahan Thailand umumkan penutupan Maya Bay sepanjang empat bulan lama waktunya untuk memberi interval dan peluang untuk ekosistem di Maya Bay supaya bisa sembuh kembali. Penutupan ini selanjutnya diperpanjang pada bulan Oktober, dan Maya Bay diperkirakan akan dibuka lagi di tengah tahun 2021. Ekstensi penutupan Maya Bay bukan hanya untuk memberikan lebih beberapa waktu untuk lingkungan untuk sembuh (khususnya untuk 10,000 terumbu karang yang baru ditanamkan) tapi juga untuk membuat beberapa infrastruktur tambahan untuk memberikan fasilitas aktivitas pariwisata seperti pelabuhan kapal, toilet, dan mekanisme ticket electronic. Disamping itu, semenjak penutupan Maya Bay pada tahun 2018, hiu sirip hitam mulai kelihatan berenang di perairan Maya Bay. Ini menunjukkan jika perlakuan tutup Maya Bay dari wisatawan sebagai cara yang pas untuk dapat biarkan ekosistem di Maya Bay kembali seperti sebelumnya saat sebelum dirusak.

Venesia, Italia

Siapakah yang tidak paham Venesia? Kota elok di Italia yang populer akan kanal-kanal dan gondolanya. Sayang, reputasi Venesia seperti pedang bermata dua, yaitu jumlahnya gelombang wisatawan dengan jumlah besar yang padati kota dan memunculkan imbas negatif lain. Pada tahun 2019, jumlah wisatawan yang berekreasi ke kota Venesia diprediksi capai 25 juta orang /tahun. Jumlah ini diprediksi akan naik naik jadi 35 juta wisatawan pada tahun 2025. Jumlah wisatawan yang tetap semakin bertambah ini kebalikannya dengan jumlah masyarakat lokal yang makin sedikit. Sekitaran 2.6 warga tinggalkan kota Venesia dan berpindah ke lain tempat sehari-harinya. Jumlah warga Venesia sendiri ada sekitaran 54,000 jiwa. Angka ini memperlihatkan ada penyusutan jumlah warga sekitar 120,000 orang dalam 50 tahun akhir.

Peralihan warga Venesia ini disebabkan karena tingginya harga rumah dan ongkos hidup di Venesia. Beberapa orang muda di Venesia tidak sanggup beli atau sewa apartemen di kota mereka sendiri, karenanya mereka pilih berpindah ke kota tetangga. Disamping itu, jumlah rumah sewa di Venesia yang tercatat di Airbnb semenjak tahun 2015 bertambah 3x lipat dari 2,441 property jadi 8,320. Dari jumlahnya itu, 80% nya malah dipunyai oleh agen atau investor asing dan bukan warga lokal. Jumlah kapal pesiar yang bawa penumpang ke Venesia jadi permasalahan tertentu. Beberapa kapal pesiar raksasa ini sering bertambat di laguna yang lokasinya benar-benar dekat sama monumen-monumen monumental kota Venesia hingga berefek menghancurkan beberapa situs itu. Kekuatiran ini bukanlah tidak berdasarkan, karena di bulan Juni tahun 2019, kapal pesiar MSC Drama menubruk pelabuhan dan kapal wisatawan di Venesia dan lima orang alami beberapa luka. Disamping itu, laguna Venesia sendiri semakin tercemari sampah cair yang dari beberapa kapal pesiar itu.

Selanjutnya ada pula persoalan sampah. Kota Venesia mempunyai mekanisme penghimpunan dan daur ulangi sampah yang kompleks. Sehari-harinya bakal ada petugas kebersihan yang bertandang ke beberapa rumah masyarakat untuk kumpulkan sampah yang nanti akan diangkut di atas kapal ferry. Permasalahannya ialah, ketentuan dan denda berkenaan sampah tidak berlaku untuk wisatawan. Walau sebenarnya pada musim berlibur, tong sampah di tempat Piazza San Marco harus dikosongkan tiap 1/2 jam. Berdasar pengawasan team “Don’t Waste Venice” dari telusuri saluran Venesia sepanjang 7 km, diketemukan sekitar 500 sampah yang mengapung di air. Ini memiliki arti ada 1 biji sampah untuk tiap 13 mtr. panjang saluran. Tipe sampah yang diketemukan diantaranya kaleng dan botol sisa, puntung rokok, dan kantong plastik. Hasil survey memperlihatkan jika sekitar 87% sampah yang mengotori kanal-nakal Venesia ialah plastik yang tidak dapat tergerai.

Machu Picchu, Peru

Machu Picchu ialah sebuah benteng Inca yang disebut sisi dari tempat tinggal individu seorang kaisar. Benteng ini selanjutnya ditinggal di tengah era ke-16 sesudah Spanyol menjajah Peru. Machu Picchu berada di pegunungan Andes, lebih kurang 2,000 mtr. di permukaan laut.Semenjak diketemukan pada tahun 1911, Machu Picchu menjadi satu diantara situs monumental di Amerika Selatan yang paling terkenal di kelompok pelancong. Macchu Pichu bahkan juga dikukuhkan sebagai Situs Peninggalan Dunia UNESCO dan salah satunya dari 7 Fenomena Dunia Baru. Tetapi seperti situs pariwisata lain yang terkenal, Machu Picchu banyak memiliki permasalahan karena makin bertambahnya wistawan yang berkunjung benteng kuno ini. Pengunjung Machu Picchu capai 2,500 sampai 5,000 orang setiap hari. Dalam jumlah ini memiliki arti ada sekitaran 1 juta pelancong /tahun. Menurut Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB), pada umumnya beberapa pelancong dapat tinggalkan 14 juta ton sampah sehari-harinya. Sementara di Macchu Pichu sendiri, tiap pengunjung tinggalkan 2-3 kg sampah, baik berbentuk botol plastik, kaleng sisa minuman, dan kulit buah.